Broom Corn Johnnys – Timothy Anugerah adalah mahasiswa Universitas Udayana yang menjadi sorotan karena kisah menyedihkan yang dialaminya. Di balik wajah tenang dan sikap sopan, ia menyimpan tekanan sosial yang berat dari lingkungannya. Kampus yang seharusnya menjadi tempat tumbuh dan belajar justru berubah menjadi ruang penuh tekanan bagi dirinya. Berbagai bentuk ejekan, candaan kasar, serta pengucilan perlahan membuat mentalnya terguncang. Banyak teman yang mengaku tidak tahu bahwa di balik senyum tipisnya, Timothy menahan rasa sakit yang dalam. Peristiwa tragis yang menimpanya kemudian menjadi titik balik bagi banyak orang untuk memahami betapa seriusnya dampak bullying. Cerita ini membuka mata masyarakat akan pentingnya kepedulian dan dukungan terhadap mahasiswa yang mungkin tampak baik-baik saja namun menyimpan luka di dalam hati mereka.
“Baca Juga : Inspirasi Rumah Bergaya Klasik Modern yang Elegan”
Timothy Anugerah disebut mulai mengalami tekanan sosial sejak awal perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Beberapa teman seangkatan mengaku bahwa dirinya kerap menjadi bahan olokan karena sifatnya yang pendiam. Lingkungan pertemanan yang kurang suportif membuatnya semakin tertutup dan sulit berinteraksi. Beberapa kali ia mencoba bersikap biasa, tetapi tekanan itu tidak berhenti. Hingga suatu hari, kabar mengejutkan datang ketika Timothy ditemukan dalam kondisi mengenaskan di area kampus. Banyak pihak terkejut dan tidak menyangka bahwa masalah psikologis bisa berujung pada tindakan ekstrem. Peristiwa ini menjadi sorotan nasional karena memperlihatkan betapa lemahnya sistem perlindungan mental mahasiswa di kampus. Dari sini muncul desakan agar pihak universitas lebih aktif menciptakan lingkungan akademik yang aman dan sehat bagi semua mahasiswa.
Bullying bukan sekadar ejekan atau candaan berlebihan karena dampaknya dapat menembus sampai ke psikologis seseorang. Tekanan yang terus-menerus dapat menyebabkan stres berat, gangguan kecemasan, bahkan depresi. Mahasiswa yang menjadi korban biasanya kehilangan rasa percaya diri dan enggan bersosialisasi. Dalam kasus seperti yang dialami Timothy, perundungan tidak hanya melukai perasaan tetapi juga menghancurkan semangat hidup. Sayangnya, banyak pelaku yang tidak menyadari bahwa tindakan mereka bisa berakibat fatal. Bullying sering dianggap hal wajar dalam pergaulan kampus padahal sebenarnya merupakan bentuk kekerasan sosial. Oleh sebab itu, diperlukan pendidikan karakter yang kuat agar mahasiswa memahami batas perilaku yang pantas terhadap sesama. Tanpa kesadaran kolektif, kasus seperti ini akan terus terulang.
“Simak juga: Purbaya Tegaskan Akan Tindak Cukong Rokok Ilegal yang Diduga Dilindungi Oknum”
Kampus memiliki peran besar dalam memastikan lingkungan akademik bebas dari kekerasan sosial. Sistem bimbingan dan pendampingan mahasiswa perlu diperkuat agar korban dapat melapor tanpa takut dikucilkan. Dalam kasus Timothy, banyak yang menilai kampus kurang tanggap terhadap tanda-tanda gangguan psikologis yang dialami mahasiswanya. Pengawasan dan kebijakan pencegahan bullying harus menjadi prioritas nyata bukan sekadar formalitas. Selain itu masyarakat kampus juga harus berperan aktif dalam menciptakan budaya saling menghargai dan peduli. Ketika satu orang menunjukkan empati, maka lingkungan yang sehat akan tumbuh dengan sendirinya. Tidak ada alasan untuk membiarkan perundungan terjadi karena setiap mahasiswa berhak merasa aman, dihargai, dan didukung di tempat mereka menuntut ilmu.
Kasus Timothy memberikan pelajaran penting tentang arti empati dan tanggung jawab sosial. Tidak ada yang tahu beban yang dipikul seseorang di balik senyumnya. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk berhati-hati dalam berkata dan bertindak. Satu kalimat bisa menjadi penyemangat tetapi juga bisa menghancurkan seseorang. Lingkungan kampus harus membangun budaya positif yang mengedepankan saling mendukung bukan menjatuhkan. Jika sejak awal ada teman yang memahami keadaan Timothy mungkin peristiwa itu tidak akan terjadi. Kesadaran kolektif tentang pentingnya kesehatan mental harus dijaga agar tragedi serupa tidak terulang. Setiap mahasiswa memiliki hak yang sama untuk tumbuh tanpa rasa takut dan tekanan dari lingkungan sekitarnya.