Broom Corn Johnnys – PIK 2 kini makin sering jadi tuan rumah acara kreatif. Salah satunya adalah ICAD by the Bay. Acara ini merupakan versi outdoor dari Indonesia Contemporary Art and Design. Biasanya digelar di ruang tertutup, kali ini berpindah ke tepi laut. PIK 2 dipilih karena suasana modern dan terbuka. Serta punya akses langsung ke berbagai komunitas muda. Acara ini menghadirkan seniman lintas disiplin. Mulai dari instalasi, audio visual, hingga desain grafis kontemporer. Semua karya dipajang di ruang terbuka. Menyatu dengan lanskap urban yang estetis.
Berbeda dari ICAD sebelumnya, edisi by the Bay ini menawarkan konsep terbuka. Karya seni bertebaran di sepanjang promenade dan taman PIK 2. Instalasi visual menyatu dengan suara ombak dan angin laut. Pengunjung bisa menikmati seni sambil berjalan santai. Suasana terbuka memberikan rasa bebas. Dan memancing interaksi langsung dengan karya yang dipamerkan. Beberapa karya bahkan bersifat interaktif. Seperti dinding digital yang merespons gerakan tubuh. Hal ini membuat pengalaman seni jadi lebih hidup.
“Baca Juga : Ide Dekorasi Rumah Mediterania Dengan Tampilan Ruangan Bernuansa Cerah Estetik”
Pihak penyelenggara secara eksplisit menyasar generasi muda. Mereka ingin seni tidak lagi eksklusif. Tapi bisa diakses publik yang lebih luas. Lokasi di PIK 2 dipilih karena dekat dengan gaya hidup urban anak muda. Dekat dengan kafe, arena skate, dan ruang komunitas. Semua itu memudahkan pengunjung muda untuk datang. Bahkan beberapa instalasi didesain untuk Instagramable. Menggabungkan seni dengan kebiasaan digital anak muda. Ini menjadi daya tarik tersendiri.
ICAD by the Bay menggandeng banyak mitra lokal. Termasuk merek fashion, kuliner, dan teknologi. Beberapa brand membuat instalasi tematik. Contohnya booth kopi yang berbentuk kapsul transparan. Atau dinding mural yang bisa diproyeksikan dengan augmented reality. Kolaborasi ini memperkaya pengalaman pengunjung. Sekaligus mempromosikan kreativitas lokal dalam skala lebih luas. Sinergi antar sektor ini menunjukkan arah baru industri kreatif. Di mana seni dan bisnis bisa berjalan bersama.
“Simak juga: Astaria Tinggalkan Jakarta Demi Bisnis Kerajinan Eceng Gondok”
Salah satu tujuan utama ICAD by the Bay adalah membuka panggung bagi talenta muda. Banyak seniman yang sebelumnya belum dikenal publik diberi ruang tampil. Mereka membawa perspektif segar dan eksperimen bentuk baru. Bahkan beberapa pengunjung tak percaya karya itu buatan mahasiswa. Ini menunjukkan potensi besar generasi kreatif berikutnya. Dukungan dari penyelenggara sangat terasa. Mereka tidak hanya memberi ruang, tapi juga membina dan memberi pelatihan.
Beberapa karya dalam ICAD by the Bay mengandalkan teknologi canggih. Seperti pemetaan cahaya, pemrograman interaktif, dan virtual reality. Pengunjung bisa memakai headset untuk masuk ke dunia seni imersif. Atau menyentuh layar interaktif untuk membentuk visual digital. Karya-karya ini menunjukkan pergeseran medium seni. Dari benda fisik menjadi pengalaman digital. Dan generasi muda sangat antusias menyambut pendekatan ini. Mereka merasa terlibat langsung dalam penciptaan makna.
Sejak hari pertama, pengunjung membludak. Banyak yang datang dari luar kota. Bahkan wisatawan asing ikut meramaikan. Kehadiran ICAD di tempat publik terbukti menarik minat lebih besar. Karena tidak perlu tiket masuk mahal atau aturan berpakaian ketat. Semua orang bisa datang dan menikmati seni dengan santai. Ini menciptakan atmosfer inklusif. Di mana seni menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Pemerintah daerah menyambut positif kegiatan ini. Mereka melihat potensi wisata kreatif yang bisa tumbuh dari acara semacam ini. Sementara sektor swasta melihat peluang brand exposure. Karena pengunjung datang dari berbagai latar belakang. Sinergi ini membuat ICAD by the Bay tidak hanya kuat dari sisi artistik. Tapi juga berkelanjutan dari sisi operasional. Jika terus didukung, acara ini bisa menjadi agenda rutin.
Beberapa komunitas kreatif sekitar PIK 2 ikut terlibat. Mulai dari komunitas foto, seni rupa, hingga musik jalanan. Mereka mendapat slot tampil dalam sesi live art dan performance. Ini membuka ruang kolaborasi antar komunitas. Serta memperkuat rasa kepemilikan terhadap acara ini. ICAD tidak hadir sebagai tamu. Tapi berbaur dengan kehidupan lokal. Inilah pendekatan baru dalam menyelenggarakan pameran seni.
Kesuksesan di PIK 2 mendorong rencana ekspansi. Beberapa kota sudah menyatakan minat menjadi tuan rumah ICAD by the Bay berikutnya. Seperti Bandung, Makassar, dan Yogyakarta. Format outdoor dan interaktif dianggap cocok untuk wilayah urban kreatif. Pihak penyelenggara sedang menjajaki lokasi dan mitra lokal. Harapannya, seni bisa hadir lebih dekat dengan publik di seluruh Indonesia.