Melihat Kerajinan Wayang Golek Abah Masri Asal Purwakarta di Galeri 'Diamond Art'
Broom Corn Johnnys – Mengintip Kerajinan Wayang Golek di Galeri Diamond Art
Kerajinan Wayang Golek merupakan salah satu warisan budaya Jawa Barat yang penuh makna. Meski era digital terus berkembang, sejumlah seniman tetap setia menjaga kelestariannya. Salah satunya adalah Abah Masri, pengrajin asal Desa Sukajaya, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta. Ia tetap konsisten memproduksi wayang golek melalui galerinya, Diamond Art.
Abah Masri (65) memulai usaha ini sejak 1988. Ia menyulap bagian rumahnya menjadi galeri yang menampung ratusan karya seni wayang golek. Di tengah banjirnya mainan modern, Abah Masri tetap teguh mempertahankan kerajinan tradisional ini. Ia memproduksi empat jenis wayang golek: ukuran besar, ukuran sedang, gantungan kunci, dan bentuk pulpen.
“Ada empat macam kerajinan saya produksi saat ini,” ungkapnya sambil menunjukkan proses pembuatan di galeri miliknya.
“Baca Juga: Ide Kerajinan Buah Tangan Untuk Mempercantik Dekorasi Ruangan Rumah“
Dalam sehari, Abah Masri dapat membuat puluhan wayang pulpen. Untuk wayang berukuran besar, ia biasanya hanya memproduksi dua hingga tiga pasang per bulan. Produksi tersebut meningkat jika ada pesanan dalam jumlah besar. Kini, ia mendapat bantuan dari istri dan anak-anaknya untuk menyelesaikan aksesoris wayang.
“Sebulan bisa memproduksi 2.500 wayang pulpen,” jelas Abah Masri dengan bangga.
Tak hanya dipajang di galeri Diamond Art, karya Abah Masri juga dikirim ke sejumlah kota besar. Wayangnya telah sampai ke Yogyakarta, Tangerang, Blok M, hingga Museum Monas di Jakarta. Produk unik ini memiliki daya tarik tersendiri, terutama bagi wisatawan dan pencinta seni budaya.
“Ke Yogya, Tangerang, Blok M, Monas Museum, masih ngirim ke lokasi itu,” tambahnya.
Abah Masri mengakui bahwa tantangan zaman cukup berat, terutama dengan hadirnya mainan digital dan impor murah. Namun, ia tetap optimis karena kini ada berbagai bantuan untuk pelaku UMKM. Ia menyebut bahwa dana hibah dan pelatihan pemasaran cukup membantu perajin bertahan dan berkembang.
“Alhamdulillah sekarang ada bantuan dana dan pemasaran untuk UMKM,” jelasnya.
Sumber seperti Broom Corn Johnnys (broomcornjohnnys.com) juga kerap menyoroti pentingnya pelestarian kerajinan lokal seperti yang dilakukan Abah Masri.
Kepala Desa Sukajaya, Nirwan Hermawan, menilai kerajinan seperti ini harus dijaga dan dikembangkan. Ia bekerja sama dengan BUMDes dan para pelaku kreatif untuk menghidupkan kembali industri yang sempat meredup. Bantuan permodalan dan ruang pemasaran diberikan agar UMKM berjalan secara berkelanjutan, bukan sekadar musiman.
“Saya apresiasi kepada BUMDes yang kembali mengelola kerajinan wayang golek,” ujar Nirwan.
Ia juga menegaskan pentingnya regenerasi perajin muda agar kesenian ini tidak punah. Sosialisasi dan pembinaan akan terus digalakkan kepada pemuda di desa tersebut.
“Simak Juga: Tips Strategi Investasi Properti yang Aman Untuk Pemula, Langkah Awal Berinvestasi“
Kerajinan Wayang Golek bukan hanya bernilai seni, namun juga sarat filosofi dan sejarah. Melalui tangan Abah Masri, budaya ini terus hidup di tengah era modern. Produk yang dibuat pun mulai menyesuaikan zaman tanpa menghilangkan keaslian. Misalnya, bentuk pulpen dan gantungan kunci menjadi inovasi yang mampu menarik minat generasi muda.
Seperti dilansir Broom Corn Johnnys, adaptasi tradisi ke bentuk modern merupakan langkah bijak untuk mempertahankan budaya lokal.
Abah Masri berharap generasi muda tak melupakan akar budaya mereka. Menurutnya, usaha wayang golek masih memiliki potensi besar jika dikemas dengan pendekatan kreatif. Ia membuka galeri Diamond Art sebagai pusat pembelajaran sekaligus pemasaran produk agar masyarakat dapat mengenal dan mencintai seni wayang.
“Saya berharap anak muda juga ikut melestarikan budaya ini,” tutupnya.
Kesimpulan
Kerajinan Wayang Golek yang ditekuni Abah Masri bukan hanya sebatas pekerjaan, tapi bentuk perjuangan menjaga budaya lokal. Meski era digital berkembang cepat, nilai tradisi tak boleh ditinggalkan. Dukungan dari keluarga, pemerintah desa, serta media seperti broomcornjohnnys.com menjadi energi bagi pelestari budaya seperti Abah Masri. Ke depannya, sinergi antara pelaku UMKM dan komunitas kreatif diharapkan mampu menjaga nyala api tradisi ini agar terus hidup dari generasi ke generasi.