Broom Corn Johnnys – Karya Citarum Tisna Sanjaya tampil mencolok di sebuah galeri kecil di kawasan Kemang. Instalasi berjudul “Air yang Tak Habis” langsung menyita perhatian pengunjung sejak pembukaan. Tisna menampilkan jejak pencemaran, sekaligus harapan lewat elemen artistik. Seni dan aktivisme berpadu dalam karya ini. Tak hanya enak dipandang, tapi juga menggugah rasa.
Lukisan-lukisan berukuran besar menghiasi dinding galeri. Warna gelap mendominasi, menandakan krisis yang sedang berlangsung. Tapi di sudut tertentu, muncul warna biru cerah dan hijau daun. Harapan diselipkan di antara luka. Tisna juga menambahkan instalasi botol plastik bekas. Semua elemen itu menggambarkan Citarum secara jujur. Visual bukan sekadar estetika, tapi pernyataan.
“Baca Juga : Konsep Renovasi Rumah Cluster: Faktor Penting Yang Harus Diperhatikan saat Renov Rumah”
Pameran ini bukan hanya soal seni rupa. Isinya membawa pesan nyata. Citarum yang dulu jernih kini menjadi sungai tercemar. Tisna menyuarakan bahwa perubahan harus dimulai dari kesadaran. Ia mengajak pengunjung untuk tak hanya menonton, tapi juga berefleksi. Seni menjadi medium kritik sosial. Tanpa menggurui, tapi tetap menyentuh.
Tisna menyematkan elemen interaktif. Ada ruang di mana pengunjung diminta menulis pesan untuk Citarum. Puluhan pesan tergantung di langit-langit galeri. Sebagian penuh harap, sebagian lain mengungkap kemarahan. Tisna percaya seni harus hidup dan bergerak. Ia ingin agar karya ini menjadi ruang diskusi. Bukan monolog seniman, tapi dialog bersama.
“Simak juga: Daur Ulang Kreatif: Plastik Bekas Jadi Barang Cantik”
Ruang pamer didesain tidak biasa. Lampu remang dipilih untuk menciptakan suasana kontemplatif. Lantunan suara air dan kicau burung diputar lembut. Semua detail mendukung pengalaman. Seolah pengunjung benar-benar masuk ke dalam lanskap Citarum. Galeri menjadi ruang imajinasi sekaligus ruang refleksi. Narasi dibangun lewat nuansa.
Sejak dibuka, pameran ini ramai dikunjungi. Banyak anak muda datang, sebagian karena penasaran, sebagian karena peduli isu lingkungan. Media sosial ramai membahasnya. Tisna merasa senang karyanya memicu diskusi. Ia menegaskan bahwa seniman tak boleh diam. Melalui pameran ini, suara Citarum disuarakan kembali. Bukan hanya dalam bentuk protes, tapi lewat karya yang menggetarkan.