Broom Corn Johnnys – Indonesian Contemporary Art and Design (ICAD) 2024 kembali hadir dengan semangat baru. Tahun ini, lebih dari sebelumnya. Acara ini tidak sekadar pameran seni. Tetapi juga ruang eksplorasi gagasan. Sebanyak 75 seniman dipilih secara kuratorial. Mereka berasal dari berbagai disiplin seni. Mulai dari seni rupa kontemporer. Hingga desain produk, mode, dan arsitektur. Pameran ini berlangsung selama beberapa minggu. Di salah satu pusat seni ibu kota. Selain itu, tema ICAD kali ini cukup menarik. Mengangkat refleksi terhadap realitas modern. Kemudian menghubungkannya dengan konteks lokal. Maka dari itu, pengunjung diajak berpikir kritis.
Salah satu kekuatan utama ICAD 2024 adalah kurasinya. Tim kurator berhasil menggabungkan berbagai disiplin. Sehingga karya yang ditampilkan sangat beragam. Misalnya lukisan abstrak berdampingan dengan video art. Atau instalasi bunyi menyatu dengan kriya lokal. Di sisi lain, terdapat pula desain arsitektural konseptual. Yang mengusung ide keberlanjutan lingkungan. Lebih lanjut, karya-karya ini berasal dari seniman senior. Juga pendatang baru yang segar dan eksperimental. Oleh karena itu, ICAD menjadi wadah dialog lintas generasi.
Tema besar tahun ini adalah “Resonansi Identitas”. Yang berarti pencarian makna dalam keberagaman. Oleh karena itu, karya-karya banyak memuat narasi sosial. Misalnya isu lingkungan, ketimpangan sosial, dan budaya digital. Di sisi lain, ada pula eksplorasi personal. Seperti identitas gender atau trauma kolektif. Meskipun begitu, tidak semua karya bersifat politis. Ada pula yang lebih puitis dan reflektif. Hal ini menunjukkan kebebasan ekspresi di ICAD. Selain itu, setiap karya dilengkapi penjelasan kontekstual. Agar pengunjung dapat memahami maksud seniman.
ICAD tidak hanya menampilkan karya seni. Tetapi juga mempertemukan seniman dan desainer. Kolaborasi menjadi bagian penting dari program ini. Misalnya seniman visual bekerja sama dengan perancang interior. Atau ilustrator lokal berduet dengan brand mode. Hasil kolaborasi ini sangat unik. Di sisi lain, memperluas dampak estetika karya. Selain itu, kolaborasi ini membuka peluang komersialisasi. Sehingga karya tidak hanya tinggal di galeri. Namun bisa diadaptasi ke produk nyata. Oleh karena itu, ICAD juga mendorong ekonomi kreatif.
“Simak juga: Reaksi Warganet Soal Isi Suvenir Pernikahan Luna Maya dan Maxime Bouttier”
Salah satu sorotan ICAD 2024 adalah media yang digunakan. Banyak seniman menggunakan teknologi dalam karyanya. Seperti augmented reality (AR), projection mapping, dan artificial intelligence. Di samping itu, terdapat karya berbasis data statistik. Yang dikemas dalam bentuk instalasi interaktif. Meskipun begitu, material konvensional tidak ditinggalkan. Kayu, kain, dan logam tetap digunakan. Namun dengan pendekatan baru dan eksperimental. Hal ini mencerminkan keberanian seniman berinovasi. Selain itu, menciptakan pengalaman multisensori bagi pengunjung.
ICAD 2024 diselenggarakan di Grandkemang, Jakarta Selatan. Lokasi ini telah menjadi tempat ikonik ICAD. Tata ruang tahun ini lebih terbuka dan cair. Setiap ruang dirancang agar dialog antar karya mengalir. Di sisi lain, pencahayaan dibuat lebih dinamis. Untuk mendukung karya media baru dan instalasi cahaya. Selain itu, pengunjung bebas bergerak. Tidak terkungkung oleh urutan linier. Maka dari itu, pengalaman menonton menjadi lebih personal. Anda bisa mulai dari mana saja. Kemudian kembali ke karya yang paling menarik.
Selain pameran, ICAD menghadirkan berbagai program publik. Misalnya diskusi panel dengan kurator dan seniman. Lalu workshop kreatif untuk pelajar dan mahasiswa. Ada juga sesi artist talk yang intim. Di mana seniman menjelaskan proses kreatif mereka. Program ini memperkaya pemahaman pengunjung. Selain itu, membangun relasi antara publik dan pelaku seni. Di sisi lain, ICAD menjadi ruang belajar nonformal. Maka dari itu, banyak sekolah seni menjadikan ICAD sebagai agenda wajib. Meskipun begitu, semua program ini terbuka umum.
Komunitas seni lokal sangat aktif di ICAD. Mereka bukan hanya penonton. Tetapi juga bagian dari penyelenggaraan acara. Misalnya komunitas mural, desain grafis, dan tekstil tradisional. Mereka mendapat ruang khusus untuk menampilkan karya. Bahkan mengadakan aktivitas interaktif. Seperti live painting atau mini workshop. Hal ini membuat ICAD terasa inklusif. Selain itu, memperkuat ekosistem seni lokal. Maka dari itu, banyak karya kolaboratif lahir dari sini. Di sisi lain, ICAD menjadi ajang pertemuan lintas komunitas.
ICAD 2024 juga memperkuat dokumentasi digital. Setiap karya difoto dan diarsipkan secara profesional. Kemudian disusun dalam bentuk katalog online. Selain itu, ada tur virtual bagi yang tidak bisa hadir langsung. Fitur ini sangat membantu aksesibilitas. Di sisi lain, dokumentasi ini berguna untuk riset seni. Juga bisa menjadi sumber pembelajaran jangka panjang. Maka dari itu, platform digital ICAD patut diapresiasi.
ICAD bukan sekadar pameran tahunan. Tetapi telah menjadi platform penting di kancah seni Indonesia. Di sisi lain, pameran ini turut membentuk wacana. Terutama dalam kaitan seni, desain, dan masyarakat. Oleh karena itu, kehadirannya selalu ditunggu. Banyak seniman muda bermimpi bisa tampil di sini. Selain itu, kolektor, akademisi, dan media ikut memantau. Maka dari itu, ICAD 2024 bukan hanya soal visual. Tetapi juga ruang pertemuan gagasan dan masa depan.